Selasa, 19 Januari 2016 0 comments

IBU

Wanita terkuat di dunia ini kupanggil Ibu.

Ibuku memang bukan orang yang mempunyai pendidikan tinggi, tidak juga memiliki gelar lain di belakangnya. Bagiku gelar Ibu adalah gelar yang paling mulia.
Ibu orang yang berkorban nyawa untuk mengeluarkan satu lagi nyawa yang ada di dalamnya, yaitu kita anaknya. Dari masih di dalam perut, kasih sayang, dan perhatian ibu sudah dapat kita rasakan.. tak jarang dia berbicara dengan kita, memberikan sentuhan – sentuhan lembut bahkan lantunan doa sudah mulai di ucapkan.

Hingga tiba saatnya kita menghirup udara segar di dunia, tangisan kita yang memecahkan suasana penuh ketegangan, bagian diri yang masih saling terhubung harus di putuskan, saatnya tiba untuk menghirup udara dengan hidung ataupun mulut sendiri. Ya, kita sudah keluar dari tempat ternyaman dan teraman.

Setiap bulan yang telah kita lewati hinga tahun dimana kita bisa berbicara, dan mungkin kata pertama yang bisa kita ucapkan adalah Ibu atau Ayah. Tangisan kita yang sudah pasti menganggu kadang Ibu merasa marah, tak jarang juga ia ikut menangis, tidak tahu harus berbuat apa, tapi bukan Ibu namanya kalau tidak bisa menghentikan tangisan anaknya sendiri.

Nasehat Ibu

            Minggu pagi, Ibu sudah siap – siap di dapur dengan masakan supernya, tak lupa ia membangunkan saya. Ada satu nasehat yang sering di ucapkan setiap pagi. Ibu datang menghampiri dengan sebatang sapu merah ditanganya, sambil menyerahkan sapu itu dia berkata
Ini kamarnya rapihin sendiri ya, di pel juga, sama baju yang bergantungan itu simpan ke mesin cuci. Cobalah kerjakan sendiri, karna gak selamanya kamu tinggal sama orang tua

Dengan sapu merah yang ada di genggaman, saya pun mulai menyapu, dan pastinya setelah selesai Ibu akan masuk, dan di sapunya kembali, katanya kurang bersih, selesai menyapu dia langsung berlalu ke dapur, dan kembali dengan membawa Ember yang sudah terisi air setengahnya, ditemani sebatang kain pel dengan warna yang sudah lusuh. Dia hanya meninggalkan itu di pintu kamar. Tak perlu menunggu komando dari ibu, langsung saja ku celupkan kain pel di peras dan mulai membersihkan setiap centi kamar ini.
Itulah nasehat ibu yang hampir setiap harinya dikatakan, memang kadang banyak nasehat yang kita abaikan.

Tahun – tahun berlalu entah berapa banya luka yang sudah kita berikan, kekecewaan yang terus dia rasakan, hanya kata ma’af dan terimakasih yang bisa diucapkan, tak bisa terbalas semua kasih sayang mu, pengorbanan mu, semua nasehat mu.

Kadang kita harus kehilangan, agar tau betapa indahnya memiliki “

Kata – kata di atas sepertinya sangat tepat, kita yang selama ini mengabaikan nasehat Ibu, mengabaikan kasih sayang tulus ibu, itu semua akan kita rindukan ketika kita tidak bersama mereka lagi.

Pengorbanan Ibu

Banyak yang sudah dikorbankan oleh Ibu, waktu, Kesehatan, bahkan NYAWA.
Tidak tanggung – tanggung nyawa adalah hal pertama yang ia pertaruhkan untuk melahirkan kita. Banyak disana Anak yang kurang beruntung, yang terpaksa harus kehilangan ibunya untuk kehadiranya sendiri. Teriakan seorang Ibu, keringat yang terus bercucuran tenaga yang ia kerahkan, tangisan pertama kitalah yang mungkin dapat membayar semua pengorbanan dia membayar semua rasa lelah dia.
Hampir setiap hari banyak waktu yang telah dikorbankan-nya untuk merawat kita, bahkan untuk membersihkan kotoran kita. Dia kadang lupa dengan kesehatanya sendiri, rasa lelah sepertinya sudah jadi sahabat dekat Ibu. Terlintas sekejap dalam pikiran ingin rasanya meminjam hatinya sebentar, untuk belajar bersabar seperti yang sudah Ibu lakukan selama ini.

Masih banyak tentang ibu yang tak bisa saya tuliskan.
Ibu, ajari aku bersabar, seperti caramu merangkul amarah menjadi sebuah senyuman.

Share Button

 
;